Kita akan merenung bersama kembali ke sejarah dunia untuk mengeksplorasi mengapa kaum Yahudi sering menjadi target penolakan dan ketidaksukaan. Mari kita cermati perjalanan panjang ini.
Kenapa ya, kaum Yahudi selalu jadi sasaran penolakan? Pertanyaan ini membawa kita ke era-tema di mana sejarah dunia dirajut dengan peristiwa besar. Sebuah gerakan mendunia muncul, dikenal sebagai antisemitisme. Namun, dalam seratus tahun terakhir, kaum Yahudi berhasil mengubah arahnya, mencapai kekuasaan, terutama dengan dukungan Amerika dan sekutu Barat.
Bayangkan kita berada pada masa kerajaan Romawi. Di sini, penyembahan banyak dewa adalah norma, tapi kaum Yahudi? Mereka bersikeras hanya menyembah satu Tuhan. Ini menciptakan ketidaksetujuan, hingga dilarang menikah atau berinteraksi dengan Romawi. Bahkan hari Sabat dianggap aneh. Ini adalah awal ketidaksukaan.
Situasinya semakin rumit setelah Yesus disalib oleh Romawi pada tahun 33 Masehi. Kemudian, pada tahun 70 Masehi, Romawi menghancurkan Kuil Yerusalem, tempat suci kaum Yahudi. Perseteruan antara Kristen dan Yahudi muncul, menciptakan doktrin gereja yang mengakar kuat dalam menghasut ketidaksukaan terhadap kaum Yahudi.
Gereja Kristen mengembangkan doktrin yang menyatakan bahwa kaum Yahudi seharusnya tidak layak hidup, bahkan menciptakan tanda pengenal khusus. Mereka diberi topi tinggi dan batch berwarna kuning atau tanda bintang David. Identifikasi ini membuat mereka second class citizens.
Pada abad ke-18, dengan revolusi industri dan kebebasan berpikir, mulai ada perubahan. Walaupun hak kaum Yahudi diperluas, ketidaksetujuan belum sepenuhnya hilang. Baru di abad ke-19, Eropa mulai merangkul kaum Yahudi, meskipun perlahan.
Namun, ketidaksetujuan masih terasa. Pada abad ke-20, ketika Charles Darwin mempublikasikan teori evolusinya, ada interpretasi keliru yang menyatakan bahwa Yahudi adalah ras yang tidak layak hidup. Ini digunakan oleh Hitler dan gerakan antisemit di Eropa.
Tidak hanya itu, ketidaksetujuan berkembang selama Revolusi Rusia, Pandemi Black Death, dan citra negatif sebagai rentenir. Semua ini menjadi dasar bagi persepsi buruk terhadap kaum Yahudi yang terus berkembang.
Ketidaksukaan terhadap kaum Yahudi, yang dimulai dari ketidaksetujuan agama, evolusi teori Darwin, hingga propaganda hitam Nazi, menjadi bagian gelap sejarah. Namun, ini tidak beralasan untuk mentolerir tindakan Zionis di Palestina. Kita harus menyuarakan perdamaian dan keadilan.
Mari kita menggali lebih dalam untuk memahami sejarah panjang ini dan bersama-sama menciptakan dunia yang lebih baik, tanpa diskriminasi atau penindasan. Persatuan dan perdamaian adalah kunci untuk menciptakan masa depan yang adil bagi kita semua.
Terima kasih telah menemani kita. Jangan lupa untuk terus mencari pengetahuan dan berpikir kritis. Sampai jumpa pada penulisan berikutnya!